numpang iklan dsini

Jumat, 21 Januari 2011

manfaat mempelajari ekologi runput laut


Judul :
manfaat mempelajari ekologi runput laut

Nama penulis :
Karren budi atmojo
H1K010018

Pendahuluan :
Dalam sistematik tumbuh-tumbuhan pada tahun 1838 Unger’s memasukkan tumbuhan algae kedalam divisi Thallophyta, yaitu tumbuhan yang mempunyai struktur kerangka tubuh yang tidak berdaun, berbatang dan berakar, semua terdiri dari batang (thallus). Dalam divisi Thallophyta ini juga termasuk jamur (fungi) dan lumut kerak (lichenes).
Divisi Thallophyta diangkat menjadi 7 fila oleh Round (1965), yaitu Eugleunophyta, Chlorophyta, Chrysophyta, Pyrrophyta, Phaeophyta, Rhodophyta dan Cryptophyta. Untuk menentukan divisi dan mencirikan kemungkinan hubungan filogenetik diantara kelas secara khas dipakai komposisi plastida pigmen, persediaan karbohidrat dan komposisi dinding sel.
Rumput laut  atau Algae laut tumbuh hampir diseluruh bagian hidrosfer sampai batas kedalaman sinar matahari masih dapat mencapainya. Beberapa jenis rumput laut hidupnya kosmopolit, mendunia. Rumput laut hidup sebagai fitobenthos dengan menancapkan atau melekatkan dirinya pada substrat lumpur, pasir, karang, fragmen karang mati, batu , kayu dan benda keras lainnya. Ada pula yang menempel pada tumbuhan lain secara epifitik.
Faktor oseanografis (fisika, kimia dan dinamika) dan macam substrat sangatlah menentukan pertumbuhan rumput laut. Sinar matahari adalah faktor utama yang diperlukan untuk kehidupan rumput laut. Pada kedalaman yang tidak terjangkau sinar matahari tidak memungkinkan rumput laut dapat hidup. Nutrisi dalam proses kehidupan diperoleh dari media air laut yang diserap secara difusi oleh thallus rumput laut.  Iklim dan letak geografis sangat menentukan jenis rumput laut yang dapat tumbuh.
Dari hasil fotosintesa rumput laut menghasilkan beberapa zat yang penting dan mempunyai nilai ekonomis. Rumput laut merah (Rhodophyceae) menghasilkan floridin starch, mannoglycerate dan floridosida. Lebih spesifik lagi dikenal dengan polisakarida berupa agar-agar dan karaginan. Rumput laut cokelat (Phaeophyceae) menghasilkan alginat. Rumput laut hijau (Chlorophyceae) menghasilkan kanji dan lemak.
Perkembangbiakan  rumput laut pada dasarnya ada dua macam, yaitu secara kawin (generatif) antara gamet jantan dengan gamet betina  dan secara tidak kawin dengan cara vegetatif, konjugatif dan perseporaan .
Permasalahan :
Beberapa masalah menghambat survival dan kesehatan jangka panjang bagi populasi rumput laut :
1.      Pencemaran lingkungan perairan
2.      Paras nutrien tumbuhan tinggi
3.      Pengurangan cahaya
4.      Pengembangan bibit secar vegetatif
5.      Hama dan penyakit

Solusi :
Menanggulangi penghambatan survival dan kesehatan populasi rumput laut dengan cara :
1.      Mencegah pembuangan limbah industrial ke laut, agar tidak mencemari kualitas air. Untuk mencegah teradinya penurunan populasi rumput laut.
2.      Mencegah terjadinya ledakan alga yang akan membayangi rumput laut, yang berasal dari kumuhan pertanian dan perbandaran.
3.      Menanggulangi sedimen terapung yang datang, karena sedimen ini dapat mengurangi paras cahaya sehingga dapat mengurangi pertumbuhan rumput laut.
4.      Pengembangan bibit dengan cara menyisihkan thalus hasil budidaya milik sendiri ini menyebabkan hasil panen yang kurang optimal.  Karena dari itu jangan menggunakan pengembangan secara vegetatif.
5.      Menentukan lokasi, musim tanam, dan teknologi yang tepat serta melakukan pengontrolan yang rutin. Jangka panjangnya yaitu mrncari bibit unggul  baru.

Kesimpulan :
Kerusakan kualitas rumput laut disebabkan oleh pencemaran lingkungan, kurangnya cahaya yang dapat diserap, terserang hama dan penyakit, dan kondisi perairan yang ekstrim. Maka dari itu marilah kita membudidayakan rumput laut dengan menentukan lokasi, musim tanam teknologi yang tepat agar pembudidayaan tersebut mempunyai kualitas yang bagus.

Daftar pustaka :
Wibawa, muhammad agri. 2010. Biologi dan Ekologi Rumput Laut. From  
             desember 2010.
Anonim. Gulma Laut. From http://id.wikipedia.org/wiki/Rumput_laut, 4 desember 2010
Guiry, Michael. Seaweed Site. From http://www.seaweed.ie/, 4 desember 2010
             desember 2010
Wibawa, Muhammad Agri. 2010. Permasalahan Rumput Laut di Indonesia. From
             desember 2010
Anggadiredja, Jana T., Zatnika, Achmad., Purwoto, Heri., Istini, Sri. 2007. Rumput Laut.
             Penerbit Penebar Swadaya.
Susanto, AB., R.R Siwi Aryani., Hartati Retno. 2010. Abalon dan Rumput Laut. Penerbit
             Navila Idea.

 
;