numpang iklan dsini

Selasa, 04 Oktober 2011

INI BANG TOYIB TGS BIOPER NYA PART2


AWAL DAUR HIDUP IKAN


Perkembangan awal daur hidup ikan merupakan suatu hal yang menarik karena berhubungan dengan stabilitas populasi ikan tersebut dalam suatu perairan. Untuk mempelajari kemampuan hidup suatu spesies ikan dan mengurangi tingkat mortalitas yang terjadi terutama pada awal perkembangan hidup ikan khusunya untuk pembudidayaan perlu adanya pengertian mengenai jenis-jenis telur ikan tersebut dan daur hidup ikan mulai dari awal fertilisasi hingga terdeferensiasi untuk menjadi ikan muda.

Macam-macam Telur Ikan dan Bagian-bagiannya
Telur dari hewan yang bertulang belakang, secara umum dapat dibedakan berdasarkan kandungan kuning telur dalam sitoplasmnyaa yaitu :
a) Telur homolecithal (isolecithal). Golongan telur ini hanya terdapat pada mamalia. Jumlah kuning telurnya hanya sedikit terutama dalam bentuk butir-bitir lemak dan kuning telur yang terbesar di dalam sitoplama.
b) Telur telolecithal. Golongan telur ini terdapat sejumlah kuning telur yang berkumpul pada salah satu kutubnya. Ikan tergolong hewan yang mempunyai jenis telur tersebut. Protoplasma dari telur Teleostei dan Elasmobranchia akan mengambil bagian pada beberapa pembelahan pertama. Kuning telur tidak turut dalam proses-proses pembelahan, sedangkan perkembangan embrionya terbatas pada sitoplasma yang terdapat pada kutub anima.

Telur ikan ovipar yang belum dibuahi (Gambar 4.1), bagian luarnya dilapisi oleh selaput yang dinamakan selaput kapsul atau chorion. Pada chorion ini terdapat sebuah mikropil yaitu suatu lubang kecil tempat masuknya sperma ke dalam telur pada waktu terjadi pembuahan. Di bawah chorion terdapat selaput yang kedua dinamakan selaput vitelline. Bagian telur yang terdapat sitoplasma biasanya berkumpul di sebelah telur bagian atas yang dinamakan kutub anima, sedangkan bagian kutub yang berlawanan terdapat banyak kuning telur yang dinamakan kutub vegetatif. Kuning telur yang ada di bagian tengah keadaannya lebih pekat dari pada kuning telur yang ada pada bagian pinggir karena adanya sitoplasma yang banyak terdapat di sekeliling inti telur.

Gambar 4.1 Bagan telur sebelum dibuahi


Gambar 4.2 Bagan telur setelah keluar dari tubuh induk, dengan ruang perivitelline

Telur yang baru saja keluar dari tubuh induk dan bersentuhan dengan air akan terjadi perubahan yaitu selaput chorion akan terlepas dengan selaput vitelline dan membentuk ruang yang ini dinamakan ruang perivitelline (Gambar 4.2). Adanya ruang perivitelline ini , maka telur dapat
bergerak lebih bebas selama dalam perkembangannya, selain itu dapat juga mereduksi pengaruh
gelombang terhadap posisi embrio yang sedang berkembang. Air masuk ke dalam telur yang
disebabkan oleh adanya perbedaan tekanan osmose dan imbibisi protein yang terdapat pada
permukaan kuning telur. Selaput vitelline merupakan penghalang masuknya air jangan sampai
merembes ke dalam telur. ii) pengerasan selaput chorion. Waktu yang diperlukan untuk pengerasan
selaput chorion tidak sama bergantung pada ion kalsium yang terdapat dalam air.




Tidak semua telur ikan mempunyai bentuk yang sama, umumnya suatu spesies yang berada dalam satugenus mempunyai kemiripan atau mempunyai perbedaan yang kecil. Di perairan didapatkan bermacam telur dan larva ikan bercampur aduk dalam tingkat perkembangan yang berbeda-beda. Hal ini dikarenakan pola pemijahan ikan-ikan di Indonesia masih belum diketahui, sehingga ada kemungkinan didapatkan ikanikan yang memijah dalam sepanjang tahun.

Gambar 4.3 Jenis-jenis telur ikan pelagis di Laut Jawa dan Selat Malaka (Sumber:Delsman, 1929 dalam Effendie, 1979)
Keterangan :
1. Chirocentrus dorab 12. Dorosoma chacunda
2. Tidak dikenal 13. Chanos chanos
3. Clupea fimbriata 14. Pellona sp.
4. Stelophorus heterolobus 15. Cybium maculatum
5. Engraulis kammalensis 16. Echeneis naucrates
6. Stolephorus indicus 17. Saurida tumbil
7. Trichiurus sp. 18. Harpodon nehereus
8. Muraena sp. 19. Tetradon sp.
9. Decapterus (Caranx) kurra 20. Tidak dikenal
10. Hemirhampus sp. 21. Fistularia serrata
11. Caranx macrosoma

beberapa sistem lain dalam pengelompokan telur berdasarkan sifat-sifat yang lain yaitu :
a). Sistem pengelompokan telur ikan berdasarkan jumlah kuning telurnya :
  • Oligolecithal : telur dengan kuning telur sangat sedikit jumlahnya, contoh ikan Amphioxus
  • Telolecithal : telur dengan kuning telur lebih banyak dari Oligolecithal. Umumnya jenis telur ini banyak dijumpai di daerah empat musim, contoh ikan Sturgeon
  • Makrolecithal : telur dengan kuning telur relatif banyak dan keping sitoplasma di bagian
kutub animanya. Telur semacam ini banyak terdapat pada kebanyakan ikan.
b). Sistem yang berdasarkan jumlah kuning telur namun dikelaskan lebih lanjut berdasarkan berat
jenisnya :
  • Non bouyant : telur yang tenggelam ke dasar saat dikeluarkan dari induknya. Golongan telur
ini menyesuaikan dengan tidak ada cahaya matahari, kadang-kadang oleh induknya telur
diletakkan atau ditimbun oleh batu-batuan atau kerikil, contoh telur ikan trout dan ikan salmon.
  • Semi bouyant : telur tenggelam ke dasar perlahan-lahan, mudah tersangkut dan umumnya
telur berukuran kecil, contoh telur ikan Coregonus.
  • Terapung : telur dilengkapi dengan butir minyak yang besar sehingga dapat terapung.Umumnya terdapat pada ikan-ikan yang hidup di laut.
c). Telur dikelompokkan berdasarkan kualitas kulit luarnya
  • Non adhesive : telur sedikit adhesive pada waktu pengerasan cangkangnya, namun
kemudian sesudah itu telur sama sekali tidak menempel pada apapun juga, contoh telur ikan
salmon.
  • Adhesive : setelah proses pengerasan cangkang, telur bersifat lengket sehingga akan mudah
menempel pada daun, akar tanaman, sampah, dan sebagainya, contoh telur ikan mas (Cyprinus carpio).
  • Bertangkai : telur ini merupakan keragaman dari telur adhesive, terdapat suatu bentuk
tangkai kecil untuk menempelkan telur pada substrat.
  • Telur berenang : terdapat filamen yang panjang untuk menempel pada substrat atau filamen
tersebut untuk membantu telur terapung sehingga sampai ke tempat yang dapat ditempelinya, contoh telur ikan hiu (Scylliorhinus sp.).
  • Gumpalan lendir : telur-telur diletakkan pada rangkaian lendir atau gumpalan lendir, contoh
telur ikan lele (Clarias).

Pengelompokan telur berdasarkan lingkungan yang diberikan induknya;
a). telur tersebar, tidak ada tambahan sesuatu dari induknya untuk keberhasilan hidup telur tersebut.
  • Telur terapung, umumya terdapat pada ikan laut seperti ikan tenggiri.
  • Telur tenggelam ke dasar, banyak terdapat pada ikan air tawar.
  • Telur adhesive, menempel pada substrat, batu, tumbuhan dan lain-lain seperti pada ikan mas.
b). telur tersebar atau diletakkan satu persatu tetapi dengan beberapa syarat perlindungan namun
tanpa perhatian induk;
  • telur dalam benang lendir.
  • telur dengan cangkang yang berubah seperti tangkai yang adhesive.
  • telur dibungkus dalam kapsul pelindung yang dikeluarkan oleh uterus
  • bila telur menyentuh air, cangkangnya akan pecah dan menggulung menjadi organ yang
adhesive untuk menempel pada substrat
c). telur diletakkan pada gumpalan lendir tetapi tidak membentuk sarang. Telur tersebut dijaga oleh
ikan jantan;
  • telur diletakkan di celah batu karang di atas permukaan air terendah pasang naik, sehingga
akan terkena udara pada waktu pasang turun. Ikan jantan berpuasa menunggu telur selama
pengeraman dari gangguan predator
  • telur tergulung pada massa yang bulat dan induk menggulung dengan tubuhnya
d). Telur diletakkan dalam sarang pada kerikil, pasir atau lumpur di dasar perairan;
  • pada kerikil dalam air yang mengalir. Telur ditutupi dan induk meninggalkan sarang
  • pada pasir atau kerikil di dasar perairan yang digali oleh induk
  • sarang yang berbentuk cangkir di dasar perairan, dan telur tidak ditutupi. Jantan biasanya
menjaga telur dan mengipasinya, telur biasanya adhesive.
  • Sarang terpendam di dalam dasar lumpur atau detritus.
e). Sarang telur diletakkan di bawah atau di atas objek. Penjagaan telur biasanya dilakukan oleh
ikan jantan.
f). Sarang dibuat dari bahan tanaman yang tersusun seperti sarang burung yang dijalin oleh suatu zat
yang dikeluarkan oleh ginjal. Ikan jantan bertugas menjaga sarang.
g). Sarang terbuat dari gelembung atau busa yang disusun oleh ikan jantan dan sarang itu
dikeraskan oleh lendir yang dikeluarkan oleh ikan jantan pula. Telur diletakkan dalam
gelembung ini.
h). Penyesuaian khusus untuk menjaga telur yang dilakukan oleh induknya;
  • telur dalam mulut, contoh ikan Famili Cichlidae (mujair)
  • sebagian kulit perut induk membengkak untuk meletakkan telur hingga telur menetas, contoh ikan lele di Brazil
  • telur dalam bentuk gumpalan dihubungkan oleh semacam benang dengan bagian lengkungan
    tulang di kepala ikan jantan sehingga kedua gumpalan tersebut menggantung di kedua pinggir kepala
  • telur diletakkan dalam kantung yang terdapat di bagian perut induk, contoh ikan kuda laut
(Syngnatidae)
i). pemijahan yang bekerja sama dengan binatang lain, contoh ikan bitterling yang memerlukan
moluska untuk meletakkan telurnya.
Pembuahan
Proses pembuahan pada ikan terjadi apabila spermatozoa masuk ke dalam telur melalui lubang mikropil yang terdapat pada chorion. Tiap spermatozoa mempunyai kesempatan yang sama untuk membuahi satu telur, tetapi karena ruang tempat terjadinya pembuahan pada ikan ovipar sangat besar, maka kesempatan spermatozoa itu untuk bertemu dengan telur sebenarnya sangat kecil. Oleh karena itu, spermatozoa yang dikeluarkan jumlahnya sangat besar dibandingkan dengan jumlah telur yang akan dibuahi, sehingga dalam kondisi yang optimum spermatozoa ikan yang baru dikeluarkan dari tubuh mempunyai kekuatan untuk bergerak dalam air selama 1 – 2 menit.
Berdasarkan kepada penelitian yang dilakukan oleh Hartman dan juga oleh Motalenti (Hoar, 1957 dalam Effendie, 1997) telur dan sperma yang baru dikeluarkan dari tubuh induk, mengeluarkan zat kimia yang berguna dalam proses pembuahan. Zat yang dikeluarkan oleh telur dan sperma tersebut dinamakan Gamone.
Lapisan telur yang sudah berada dalam air adalah keras dan tidak dapat ditembus oleh spermatozoa kecuali melalui mikropil yang bentuknya seperti corong. Lubang corong yang besar terletak di bagian luar dan lubang yang kecil di bagian dalam. Ketika spermatozoa masuk ke dalam lubang corong, itu merupakan sumbat bagi yang lainnya dan setelah kepala spermatozoa itu masuk, bagian ekornya terlepas. Dengan demikian pembuahan pada ikan umumnya monosperma. Apabila terjadi pembuahan polysperma hanya satu spermatozoa saja yang melebur bersatu dengan inti telur.sedangkan yang lainnya dihisap oleh telur sebagai bahan makanannya. Sesaat setelah terjadi pembuahan, isi telur agak sedikit mengkerut karena pecahnya rongga alveoli yang terdapat di dalam telur, sehingga menyebabkan rongga perivitelline lebih membesar sehingga telur yang telah dibuahi dapat mengadakan pergerakan rotasi selama dalam perkembangannya sampai menetas.

Perkembangan telur ikan
Setelah terjadi pembuahan, telur akan mengalami masa pengeraman oleh induknya hingga menetas menjadi larva ikan. Lama masa pengeraman ikan tidak sama bergantung kepada spesies ikannya dan beberapa faktor luar. Faktor luar yang terutama mempengaruhi pengeraman ialah suhu perairan, cahaya, zat yang terlarut dalam air, dan ph.





Kondisi yang optimum.
Pada waktu akan terjadi penetasan, embrio sering mengubah posisinya karena kekurangan ruang di dalam cangkang. Dengan pergerakan-pergerakan tersebut bagian cangkang telur yang telah lembik akan pecah. Umumnya, dua atau tiga kali pembetulan posisinya embrio mengatur dirinya lagi.
Pada bagian cangkang yang pecah ujung ekor embrio dikeluarkan terlebih dahulu sambil digerakkan. Kepalanya dikeluarkan terakhir karena ukurannya lebih besar dibandingkan dengan bagian tubuh yang lainnya, namun kadangkala didapatkan kepala yang keluar lebih dulu. Anak ikan yang baru ditetaskan tersebut dinamakan larva, dengan tubuhnya yang belum sempurna baik organ luar maupun organ dalamnya. Sehubungan dengan perkembangan larva ini, terdapat dua tahap perkembangan yaitu prolarva dan postlarva.
Prolarva biasanya masih mempunyai kantung kuning telur, tubuhnya transparan dengan beberapa butir pigmen yang fungsinya belum diketahui. Sirip dada dan ekor sudah ada tetapi belum sempurna bentuknya dan kebanyakan prolarva yang baru keluar dari cangkang telur ini tidak punya sirip perut yang nyata melainkan hanya bentuk tonjolan saja. Mulut dan rahang belum berkembang dan ususnya masih merupakan tabung yang lurus.
Sistem pernafasan dan peredaran darah tidak sempurna. Makanannya didapatkan dari sisa kuning telur yang belum habis dihisap. Adakalanya larva ikan yang baru ditetaskan letaknya dalam keadaan terbalik karena kuning telurnya masih mengandung minyak. Apabila kuning telur tersebut telah habis dihisap, larva akan kembali seperti biasa.
Larva ikan yang baru ditetaskan pergerakannya hanya sewaktu-waktu saja dengan menggerakkan bagian ekornya ke kiri dan kekanan dengan banyak diselingi oleh istirahat karena tidak dapat mempertahankan keseimbangan posisi tegak. Postlarva merupakan masa larva dimana kantung kuning telur mulai hilang sampai terbentuknya organ-organ baru atau selesainya taraf penyempurnaan organ-organ yang telah ada sehingga pada masa akhir dari postlarva tersebut secara morfologi sudah mempunyai bentuk hampir seperti induknya. Pada tahap postlarva ini, larva tersebut sudah terdapat pigmentasi yang banyk pada bagian tubuh tertentu. Perkembangan dari telur hingga larva dapat dilihat pada gambar berikut :
(a) (b) (c) (d) (e)


(f) (g) (h) (i) (j)
(k)
Gambar 4.5. Perkembangan dari telur hingga larva. a. 12 jam setelah fertilisasi (akhir morula), b. 25 jam terakhir (gastrula), c. 27 jam (kuning telur 7/10 dikelilingi blastoderm), d. 30 jam, e. 37 jam, f. 41 jam, g.54 jam, h. 64 jam, i. 83 jam, j. Larva setelah menetas, k. Juvenil
 
;